Rabu, 11 Maret 2009

SAATNYA MENJADI BANGSA YANG PUNYA TASTE…!!!

Kata-kata tersebut sering kita dengan dilayar televise yang ditayangkan sebuah iklan. Seorang mahasiswadengan lantang melontarkan kata tersebut melalui speaker. Tahun 2009 ini, memang saatnya bangsa Indonesia lebih punya taste (karakter). Isu perubahan telah menggema diseluruh dunia. Sekarang saatnya menjelang pemilu ini, kesempatan perubahan telah didepan mata. Bagaimana partisipasi mahasiswa pada moment tersebut?
Dalam buku rekonstruksi pemuda disebutkan, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mencapai kemandirian dan partisipasi mahasiswa sebagai civil society. Beberapa strategi itu merupakan agenda prinsipil yang diharapkan mempunyai watak dan ciri khas sehingga menjadi keputusan strategis bagi pembentukan masyarakat madani dalam rangka pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Adapun strategi-strategi tersebut berorientasi pada pembentukan kepemimpinan pemuda yang otentik, penciptaan kelompok intelektual muda pro perubahan yang memihak kepada sistem keadilan, pemberdayaan yang terus-menerus, penciptaan gerakan sosial pro perubahan yang memihak pada sistem keadilan sosial serta pembentukan network dengan kekuatan strategis manapun.
Belum terkonsolidasinya mahasiswa kita kearah kemandirian dan partisipasi salah satu penyebab utamanya adalah karena belum adanya kepemimpinan yang otentik. Kepemimpinan otentik adalah kepemimpinan yang visi dan pemihakan yang jelas. Kepemimpinan otentik adalah kepemimpinan yang telah teruji dilapangan untuk mengambil keputusan tegas secara strategis untuk tetap memihak kepada keadilan sosial.
Strategi untuk pembentukan kepemimpinan bisa dilakukan melalui ujian pelibatan mahasiswa kepada grass root. Yakni bagaimana cara mahasiswa memimpin, mengerti, memahami, dan menghayati kehadiran grass root didalam benak dan setiap gerakannya.
Kelompok intelektual pro perubahan, apalagi yang tergabung dalam kalangan muda adalah strategi yang menciptakan kemandirian dan partisipasi mahasiswa itu sendiri. Disamping itu, sesungguhnya penciptaan kelompok intelektual muda pro perubahan merupakan langkah strategis bagi pembentukan kepemimpinan otentik. Karena bagaimanapun, kalangan mudalah yang menyuarakan perubahan menuju system yang berkeadilan. Di Indonesia, kalangan muda nampaknya perlu direkomendasi untuk mempelajari sejarah terdahulu mengenai system pemihakan dengan watak yang jelas.
Dua hal strategis diatas lebih berorientasi elit. Kemandirian dan partisipasi mahasiswa akan dimulai dari elit, begitu kira-kira pokok pikirannya. Strategi menggarap elit itu perlu dikontrol, karena sejauh kekuatan Negara ketika berhubungan dengan masyarakat berjalan, kemudian ruang kosong tidak diisi lagi karena kalangan mahasiswa masuk kedalam kekuasaan, maka dikhawatirkan kemandirian dan partisipasi mahasiswa menjadi redup lagi.
Oleh karena itu, strategi selanjutnya perlu dilakukan pemberdayaan (empowering). Empowering bukan sekedar empowerement. Empowering lebih menekankan pada keberlanjutan (sustainability) dan pemihakan terhadap masyarakat. Dengan demikian, empowering memiliki prinsip memfasilitasi bukan memberdayakan masyarakat dari kebodohan dan ketidakmengertian kepada pengertian.


Presiden Mahasiswa Unsri



Febriansyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar